Saturday, June 6, 2009

Terbang

Aku terbang dengan sayap-sayap rindu

Mencari sekeping hati yang hilang

Mengitari hutan perasaan tanpa sinar


Meliuk-liuk indah

Hinggap di ranting-ranting hatimu

Tak lagi ku temui jalan keluar

Tersesat aku dalam cintamu


Sayap-sayapku telah lelah

Tak kuasa lagi terentang

Tak jua ku cicipi embun segar cintamu

Aku tak tau

Dimanakah rinduku berlabuh?


Medan, April '09

Memeluk bayangmu

Beribu musim telah ku lewati

Ribuan purnama ku lalui

Dan aku telah berjalan di jalanku

Tapi bayangmu tak pernah lekang


Selalu setia menemaniku

Penghibur kala kesepian adalah teman

Kala rindu kian menggebu


Jarak tak memisahkan kita

Kau selalu ada

Ada untuk membayangiku

Izinkan ku peluk bayangmu


Medan, Maret '09

Datanglah

Bibirku terkunci rapat

Namun detak hati mengaung berulang-ulang

Memekakkan telingaku

Karena tak jua ku temui jawabanmu


Memikkan nada rindu

Mengalun indah di relung hati

Namun terasa jarum yang menghujam jantungku


Datanglah

Katakanlah isi hatimu

Tak peduli pahit atau manis

Aku hanya butuh jawaban

Untuk memastikan cintaku tak bertepuk sebelah tangan


Medan, Februari '09

Melukis di bayanganmu

Melukis harapan di bayanganmu

Tersudut di batas hati

Menapaki titian takdir

Bimbang di persimpangan

Menentukan arah cintaku


Memaksaku mengulum rindu

Hanya ku titip di lantunan do'a

Ku bisikkan pula dalam hangatnya desauan angin


Medan, Februari '09

Aku hanya merpati

Aku bukan elang yang terbang bebas

Mengepakkan sayap lebar di angkasa


Aku bukan kepompong

Yang akan menjelma menjadi kupu-kupu

Meliuk-liuk indah

Menderai tawa dalam tarian cinta


Aku pun bukan pelangi

Yang selalu hadir setelah hujan

Menghapus kegelapan

Penuh warna dalam senyuman


Aku hanya seekor merpati

Yang tak mampu terbang tinggi

Namun terus menanti

Dan berharap hati ini kau singgahi


Medan, Januari '09


Terdiam di sudut hati

Masih terdiam di sudut hati

Menekuri palung jiwa yang hampa

Membalut rindu di baitan do'a

Menguntai asa di sulaman cinta


Rapuh meniti hari

Menelusuri cintamu yang maya

Tak terjamah

Tak terbalas


Tak mungkin ku koyak lembar takdir

Memaksa asa ini jadi nyata

Hanya menanti

Suatu saat kau mengerti


Medan, Januari '09

Hanya sepi

Aku berlari

Mencari-cari yang dulu pernah ku miliki

Mengais cintamu dalam kesendirian

Membalut hati dalam bingkai kerinduan


Menyulut air mata yang tak lagi tertahankan

Lagi-lagi hanya sepi yang menemani

Menawarkan bisikan sunyi

Menambah kepiluan hati


Hanya terpasung sepi

Terantai keraguan akan rasamu

Akankah jua untukku

Titip pesanmu agar aku tahu


Medan, Desember '08

Mawar

Mawar itu semakin merekah di wajahku

Merah merona

Saat terdengar lembut bisikan angin

Kini kau telah kembali


Ribuan hari ku lalui

Do'aku terjawab

Hari-hari yang sunyi kini telah ku lewati

Menjemput hadirmu menyatu dalam harapku


Namun air segar itu tak jua kau berikan

Membuat warnaku memudar

Kelopakku berguguran

Dan aku mati kekeringan


Medan, Desember '08

Jangan palingkan wajahmu

Haruskah kau palingkan wajahmu

Haruskah kau memakiku

Haruskah kau membenciku

Haruskah kau lakukan itu


Mengertilah…

Aku hanya ingin bebas

Terlepas dari genggamanmu

Yang selama ini tak kuasa ku lepaskan

Hingga ku sadari titah_NYA

Tak mungkin lagi ku tolak

Karena tak mungkin ku berjalan tanpa ridho-NYA

Yang menguatkanku menjalani hari-hari


Medan, Desember '08

Arti hadirmu

Arti hadirmu kini

Membuatku menyadari tangan Tuhan sedang bekerja

Membuatku kembali meraba hati

Masihkah ada namamu?


Aku mohon…

Isyaratkanlah padaku

Kan ku jaga hati ini untukmu

Dan ku nanti kau datang

Menjemputku di batas waktu

Menawarkan kebahagian

Atas nama cinta dan ridho-NYA

Meletakkan mahkota terindah di kepalaku

Dan menjadikanku separuh jiwaku


Medan, Desember '08

Rindu (lagi)

Rindu ini bagai racun yang terus mengalir ke pembuluh darahku

Rindu ini bagai virus yang perlahan menggerogoti tubuhku

Menyiksaku pelan-pelan

Hingga ku tak lagi punya kekuatan


Aku jatuh dalam ketakberdayaan

Memendam rasa yang semakin dalam

Menahannya sendirian

Menanti dalam ketidakpastian


Berharap kau datang

Perlahan menggenggam tanganku

Yang mulai terkulai lemah

Karena tak kuasa menggapaimu


Berharap kau datang

Mengobati luka ini

Membawaku bersamamu

Selamanya


Medan, November '08

Rindu

Ku bisikkan rindu ini pada angin

Ku titipkan salam hangatku lewat kicauan burung

Berharap mereka menyampaikannya padamu

Dan kau mengerti isi hatiku


Namun semua terasa hanya igauan dalam tidurku

Impian yang tak nyata

Karena tak jua kau datang

Atau sekedar hadir dalam mimpiku


Aku merinduimu dalam harap

Mencari bayanganmu dalam lamanya penantian

Tapi kau hanya fatamorgana

Tampak indah dari jauh

Namun hilang ketika ku dekati

Lalu dimanakah akan ku temui dirimu?


Medan, November '08

Aku pergi

Jangan tangisi kepergianku

Jangan sesali keputusanku

Atau marah padaku

Cobalah relakan aku


Aku yakin kau bisa tanpa aku

Kau mampu menjalani tanpa aku

Mengertilah akan mauku

Aku hanya wanita biasa


Lepaskanlah aku dari memorimu

Tak usah lagi diikuti kata hati

Biarkan aku pergi


Ini hanya masalah waktu

Karena ku yakin kau kuat menghadapinya

Dan suatu hari kelak

Kau bersyukur ini pernah terjadi


Medan, November '08

Inilah waktunya

Mungkin inilah waktunya

Aku kuat dengan pijakanku

Mencoba lepas dari peganganmu

Dan yakin aku mampu


Kini ku sadari

Ternyata kau tak baik

Akulah yang salah

Meyakinimu sebagai pilihan


Terima kasih telah menjadi bagian hidupku

Kesalahan memilihmu

Memberi waktu untuk berpikir

Untuk lepas dan segera pergi darimu

Dan aku akan baik-baik saja


Medan, November '08

Rasa itu

Rasa itu pernah ada

Rasa itu pernah membekas dalam hati

Rasa itu pernah terlepas

Rasa itu pergi meninggalkanku


Tanpa kepastian aku menunggu

Hingga ku sadar kehadiran yang lain di hati

Kehadirannya yang membuat aku lupa akan rasa itu


Namun, oh… Tuhan

Rasa itu kini kembali

Mengembalikan getar-getar hati yang lama pergi

Oh… Rasa itu kini kembali


Medan, Oktober '08

Siang itu jadi saksi

Siang itu jadi saksi kebimbanganku

Siang itu jadi saksi rintihan hati

Mengapa kau kembali?

Jerit hati ini berkali-kali


Sisa-sisa getaran itu terasa semakin mengencang

Yang tanpa ku sadari hadir kembali

Dari hati anak kecil tujuh tahun yang lalu

Taukah keadaan hatiku saat ini?

Taukah kau kebingunganku saat ini?

Taukah kau kegelisahan ini?

Dan apakah kau merasa yang sama?


Medan, Oktober '08

Monday, June 1, 2009

MY WORKS

Siang itu jadi saksi

Siang itu jadi saksi kebimbanganku

Siang itu jadi saksi rintihan hati

Mengapa kau kembali?

Jerit hati ini berkali-kali


Sisa-sisa getaran itu terasa semakin mengencang

Yang tanpa ku sadari hadir kembali

Dari hati anak kecil tujuh tahun yang lalu

Taukah keadaan hatiku saat ini?

Taukah kau kebingunganku saat ini?

Taukah kau kegelisahan ini?

Dan apakah kau merasa yang sama?

Medan, Oktober '08

Rasa itu

Rasa itu pernah ada

Rasa itu pernah membekas dalam hati

Rasa itu pernah terlepas

Rasa itu pergi meninggalkanku


Tanpa kepastian aku menunggu

Hingga ku sadar kehadiran yang lain di hati

Kehadirannya yang membuat aku lupa akan rasa itu


Namun, oh… Tuhan

Rasa itu kini kembali

Mengembalikan getar-getar hati yang lama pergi

Oh… Rasa itu kini kembali

Medan, Oktober '08


Inilah waktunya

Mungkin inilah waktunya

Aku kuat dengan pijakanku

Mencoba lepas dari peganganmu

Dan yakin aku mampu


Kini ku sadari

Ternyata kau tak baik

Akulah yang salah

Meyakinimu sebagai pilihan


Terima kasih telah menjadi bagian hidupku

Kesalahan memilihmu

Memberi waktu untuk berpikir

Untuk lepas dan segera pergi darimu

Dan aku akan baik-baik saja

Medan, November '08


Aku pergi

Jangan tangisi kepergianku

Jangan sesali keputusanku

Atau marah padaku

Cobalah relakan aku


Aku yakin kau bisa tanpa aku

Kau mampu menjalani tanpa aku

Mengertilah akan mauku

Aku hanya wanita biasa


Lepaskanlah aku dari memorimu

Tak usah lagi diikuti kata hati

Biarkan aku pergi


Ini hanya masalah waktu

Karena ku yakin kau kuat menghadapinya

Dan suatu hari kelak

Kau bersyukur ini pernah terjadi

Medan, November '08


Rindu

Ku bisikkan rindu ini pada angin

Ku titipkan salam hangatku lewat kicauan burung

Berharap mereka menyampaikannya padamu

Dan kau mengerti isi hatiku


Namun semua terasa hanya igauan dalam tidurku

Impian yang tak nyata

Karena tak jua kau datang

Atau sekedar hadir dalam mimpiku


Aku merinduimu dalam harap

Mencari bayanganmu dalam lamanya penantian

Tapi kau hanya fatamorgana

Tampak indah dari jauh

Namun hilang ketika ku dekati

Lalu dimanakah akan ku temui dirimu?

Medan, November '08


Rindu

Rindu ini bagai racun yang terus mengalir ke pembuluh darahku

Rindu ini bagai virus yang perlahan menggerogoti tubuhku

Menyiksaku pelan-pelan

Hingga ku tak lagi punya kekuatan


Aku jatuh dalam ketakberdayaan

Memendam rasa yang semakin dalam

Menahannya sendirian

Menanti dalam ketidakpastian


Berharap kau datang

Perlahan menggenggam tanganku

Yang mulai terkulai lemah

Karena tak kuasa menggapaimu


Berharap kau datang

Mengobati luka ini

Membawaku bersamamu

Selamanya

Medan, November '08


Arti hadirmu

Arti hadirmu kini

Membuatku menyadari tangan Tuhan sedang bekerja

Membuatku kembali meraba hati

Masihkah ada namamu?


Aku mohon…

Isyaratkanlah padaku

Kan ku jaga hati ini untukmu

Dan ku nanti kau datang

Menjemputku di batas waktu

Menawarkan kebahagian

Atas nama cinta dan ridho-NYA

Meletakkan mahkota terindah di kepalaku

Dan menjadikanku separuh jiwaku

Medan, Desember '08


Jangan palingkan wajahmu

Haruskah kau palingkan wajahmu

Haruskah kau memakiku

Haruskah kau membenciku

Haruskah kau lakukan itu


Mengertilah…

Aku hanya ingin bebas

Terlepas dari genggamanmu

Yang selama ini tak kuasa ku lepaskan

Hingga ku sadari titah_NYA

Tak mungkin lagi ku tolak

Karena tak mungkin ku berjalan tanpa ridho-NYA

Yang menguatkanku menjalani hari-hari

Medan, Desember '08


Mawar

Mawar itu semakin merekah di wajahku

Merah merona

Saat terdengar lembut bisikan angin

Kini kau telah kembali


Ribuan hari ku lalui

Do'aku terjawab

Hari-hari yang sunyi kini telah ku lewati

Menjemput hadirmu menyatu dalam harapku


Namun air segar itu tak jua kau berikan

Membuat warnaku memudar

Kelopakku berguguran

Dan aku mati kekeringan

Medan, Desember '08


Hanya sepi

Aku berlari

Mencari-cari yang dulu pernah ku miliki

Mengais cintamu dalam kesendirian

Membalut hati dalam bingkai kerinduan


Menyulut air mata yang tak lagi tertahankan

Lagi-lagi hanya sepi yang menemani

Menawarkan bisikan sunyi

Menambah kepiluan hati


Hanya terpasung sepi

Terantai keraguan akan rasamu

Akankah jua untukku

Titip pesanmu agar aku tahu

Medan, Desember '08


Terdiam di sudut hati

Masih terdiam di sudut hati

Menekuri palung jiwa yang hampa

Membalut rindu di baitan do'a

Menguntai asa di sulaman cinta


Rapuh meniti hari

Menelusuri cintamu yang maya

Tak terjamah

Tak terbalas


Tak mungkin ku koyak lembar takdir

Memaksa asa ini jadi nyata

Hanya menanti

Suatu saat kau mengerti

Medan, Januari '09


Aku hanya merpati

Aku bukan elang yang terbang bebas

Mengepakkan sayap lebar di angkasa


Aku bukan kepompong

Yang akan menjelma menjadi kupu-kupu

Meliuk-liuk indah

Menderai tawa dalam tarian cinta


Aku pun bukan pelangi

Yang selalu hadir setelah hujan

Menghapus kegelapan

Penuh warna dalam senyuman


Aku hanya seekor merpati

Yang tak mampu terbang tinggi

Namun terus menanti

Dan berharap hati ini kau singgahi

Medan, Januari '09


Melukis di bayanganmu

Melukis harapan di bayanganmu

Tersudut di batas hati

Menapaki titian takdir

Bimbang di persimpangan

Menentukan arah cintaku


Memaksaku mengulum rindu

Hanya ku titip di lantunan do'a

Ku bisikkan pula dalam hangatnya desauan angin

Medan, Februari '09


Datanglah

Bibirku terkunci rapat

Namun detak hati mengaung berulang-ulang

Memekakkan telingaku

Karena tak jua ku temui jawabanmu


Memikkan nada rindu

Mengalun indah di relung hati

Namun terasa jarum yang menghujam jantungku


Datanglah

Katakanlah isi hatimu

Tak peduli pahit atau manis

Aku hanya butuh jawaban

Untuk memastikan cintaku tak bertepuk sebelah tangan

Medan, Februari '09


Memeluk bayangmu

Beribu musim telah ku lewati

Ribuan purnama ku lalui

Dan aku telah berjalan di jalanku

Tapi bayangmu tak pernah lekang


Selalu setia menemaniku

Penghibur kala kesepian adalah teman

Kala rindu kian menggebu


Jarak tak memisahkan kita

Kau selalu ada

Ada untuk membayangiku

Izinkan ku peluk bayangmu

Medan, Maret '09


Terbang

Aku terbang dengan sayap-sayap rindu

Mencari sekeping hati yang hilang

Mengitari hutan perasaan tanpa sinar


Meliuk-liuk indah

Hinggap di ranting-ranting hatimu

Tak lagi ku temui jalan keluar

Tersesat aku dalam cintamu


Sayap-sayapku telah lelah

Tak kuasa lagi terentang

Tak jua ku cicipi embun segar cintamu

Aku tak tau

Dimanakah rinduku berlabuh?

Medan, April '09