Sunday, January 10, 2010

jarak

“Hal terberat di dunia ini adalah berada jauh dari orang yang kita cintai”
Kemarin aku baru aja nonton film nya Raditya Dika yang diangkat dari bukunya dia sendiri dengan judul yang sama yaitu “Kambing Jantan”. Ceritanya menceritakan kisah hidup si Dika, mulai dari kisah hidupnya yang sambil kuliah di Ostrali, keluarga nya yang gokil abis, pertemanannya dengan Hariyanto sampe yang ngasih aku dapat cukup pelajaran yaitu kisah cintanya ama si cewe yang dipanggil Kebo. Satu hal yang aku bisa ambil dari perjalanan kisah ini bahwa jarak berarti segalanya bagi sebagian besar orang. Tak jarang memang jarak menjadi perdebatan alot bagi mereka yang menjalin hubungan. Apa pun bentuk hubungannya. Pernah suatu ketika si Dika nekat langsung pulang ke Jakarta dari Ostrali hanya karena si kebo ngambek di telepon dan dy tau HTS an nya Dika ama si Ine. Busyet........... segitunya. Ya tapi itulah cinta, terasa manis kalo membayangkan seberapa besar pengorbanan yang telah dy lakukan (wkwkwkwk :-D). Setelah menjelaskan panjang lebar dika pun dapat maaf dari kebo dan mereka berjalan seperti dulu lagi. Tak berselang lama di telepon Kebo ngomong minta kado ultahnya Dika pulang, tapi Dika nolak dan ngomong gak segampang itu. Kebo marah dan gak terima. Mereka saling mengatakan bahwa pasangan nya telah berbeda dan gak ada di sisi mereka. Akhirnya malam itu mereka memutuskan untuk berpisah. Akh............ hubungan sekian lama itu harus berakhir hanya karena masalah-masalah sepele yang disebabkan oleh jarak. Jarak? Segitu pentingkah? hubungan yang dijalani memang tak selalu berjalan sesuai harapan, warna nya tak selalu merah jambu. Kadang putih, biru, ungu atau mungkin merah menyala. Hubungan yang berjarak dekat saja belum tentu bisa berjalan mulus, padahal kita bisa berbicara dengannya langsung dengan menatap wajahnya, melihat ekspresinya, membaca bahasa tubuhnya, yang terpenting dia terlihat. Taoi bagaimana dengan hubungan mereka yang terpisah jauh, tak hanya beda kota tapi juga beda pulau, beda Negara atau bahkan beda waktu. Ah........ entahlah, bagaimana harus menjembatani ini semua. Tapi bagiku tak mengapa kilometre memisahkan kita asal hati kita tidak berjarak. Ehm............. so sweet ^_^. Sebagai pelaku LDL aku cukup paham masalah ini, jarak memang jadi bahasan penting dalam hubungan. Bagiku tergantung bagaimana bijaknya kita saja mengatasi jarak ini. Komunikasi kunci utamanya, klise memang, tapi itulah jawabannya, tak ada yang lain. Aku jadi semakin menguatkan hati agar tak berakhir seperti mereka. Aku sudah lama bersahabat dengan jarak, jadi tak begitu menyiksa ku walaupun tak ku pungkiri rasa rindu kerap menertawakan jalan ini.