MY WORKS
Siang itu jadi saksi
Siang itu jadi saksi kebimbanganku
Siang itu jadi saksi rintihan hati
Mengapa kau kembali?
Jerit hati ini berkali-kali
Sisa-sisa getaran itu terasa semakin mengencang
Yang tanpa ku sadari hadir kembali
Dari hati anak kecil tujuh tahun yang lalu
Taukah keadaan hatiku saat ini?
Taukah kau kebingunganku saat ini?
Taukah kau kegelisahan ini?
Dan apakah kau merasa yang sama?
Rasa itu
Rasa itu pernah ada
Rasa itu pernah membekas dalam hati
Rasa itu pernah terlepas
Rasa itu pergi meninggalkanku
Tanpa kepastian aku menunggu
Hingga ku sadar kehadiran yang lain di hati
Kehadirannya yang membuat aku lupa akan rasa itu
Namun, oh… Tuhan
Rasa itu kini kembali
Mengembalikan getar-getar hati yang lama pergi
Oh… Rasa itu kini kembali
Inilah waktunya
Mungkin inilah waktunya
Aku kuat dengan pijakanku
Mencoba lepas dari peganganmu
Dan yakin aku mampu
Kini ku sadari
Ternyata kau tak baik
Akulah yang salah
Meyakinimu sebagai pilihan
Terima kasih telah menjadi bagian hidupku
Kesalahan memilihmu
Memberi waktu untuk berpikir
Untuk lepas dan segera pergi darimu
Dan aku akan baik-baik saja
Aku pergi
Jangan tangisi kepergianku
Jangan sesali keputusanku
Atau marah padaku
Cobalah relakan aku
Aku yakin kau bisa tanpa aku
Kau mampu menjalani tanpa aku
Mengertilah akan mauku
Aku hanya wanita biasa
Lepaskanlah aku dari memorimu
Tak usah lagi diikuti kata hati
Biarkan aku pergi
Ini hanya masalah waktu
Karena ku yakin kau kuat menghadapinya
Dan suatu hari kelak
Kau bersyukur ini pernah terjadi
Rindu
Ku bisikkan rindu ini pada angin
Ku titipkan salam hangatku lewat kicauan burung
Berharap mereka menyampaikannya padamu
Dan kau mengerti isi hatiku
Namun semua terasa hanya igauan dalam tidurku
Impian yang tak nyata
Karena tak jua kau datang
Atau sekedar hadir dalam mimpiku
Aku merinduimu dalam harap
Mencari bayanganmu dalam lamanya penantian
Tapi kau hanya fatamorgana
Tampak indah dari jauh
Namun hilang ketika ku dekati
Lalu dimanakah akan ku temui dirimu?
Rindu
Rindu ini bagai racun yang terus mengalir ke pembuluh darahku
Rindu ini bagai virus yang perlahan menggerogoti tubuhku
Menyiksaku pelan-pelan
Hingga ku tak lagi punya kekuatan
Aku jatuh dalam ketakberdayaan
Memendam rasa yang semakin dalam
Menahannya sendirian
Menanti dalam ketidakpastian
Berharap kau datang
Perlahan menggenggam tanganku
Yang mulai terkulai lemah
Karena tak kuasa menggapaimu
Berharap kau datang
Mengobati luka ini
Membawaku bersamamu
Selamanya
Arti hadirmu
Arti hadirmu kini
Membuatku menyadari tangan Tuhan sedang bekerja
Membuatku kembali meraba hati
Masihkah ada namamu?
Aku mohon…
Isyaratkanlah padaku
Dan ku nanti kau datang
Menjemputku di batas waktu
Menawarkan kebahagian
Atas nama cinta dan ridho-NYA
Meletakkan mahkota terindah di kepalaku
Dan menjadikanku separuh jiwaku
Jangan palingkan wajahmu
Haruskah kau palingkan wajahmu
Haruskah kau memakiku
Haruskah kau membenciku
Haruskah kau lakukan itu
Mengertilah…
Aku hanya ingin bebas
Terlepas dari genggamanmu
Yang selama ini tak kuasa ku lepaskan
Hingga ku sadari titah_NYA
Tak mungkin lagi ku tolak
Karena tak mungkin ku berjalan tanpa ridho-NYA
Yang menguatkanku menjalani hari-hari
Mawar
Mawar itu semakin merekah di wajahku
Merah merona
Saat terdengar lembut bisikan angin
Kini kau telah kembali
Ribuan hari ku lalui
Do'aku terjawab
Hari-hari yang sunyi kini telah ku lewati
Menjemput hadirmu menyatu dalam harapku
Namun air segar itu tak jua kau berikan
Membuat warnaku memudar
Kelopakku berguguran
Dan aku mati kekeringan
Hanya sepi
Aku berlari
Mencari-cari yang dulu pernah ku miliki
Mengais cintamu dalam kesendirian
Membalut hati dalam bingkai kerinduan
Menyulut air mata yang tak lagi tertahankan
Lagi-lagi hanya sepi yang menemani
Menawarkan bisikan sunyi
Menambah kepiluan hati
Hanya terpasung sepi
Terantai keraguan akan rasamu
Akankah jua untukku
Titip pesanmu agar aku tahu
Terdiam di sudut hati
Masih terdiam di sudut hati
Menekuri palung jiwa yang hampa
Membalut rindu di baitan do'a
Menguntai asa di sulaman cinta
Rapuh meniti hari
Menelusuri cintamu yang maya
Tak terjamah
Tak terbalas
Tak mungkin ku koyak lembar takdir
Memaksa asa ini jadi nyata
Hanya menanti
Suatu saat kau mengerti
Aku hanya merpati
Aku bukan elang yang terbang bebas
Mengepakkan sayap lebar di angkasa
Aku bukan kepompong
Yang akan menjelma menjadi kupu-kupu
Meliuk-liuk indah
Menderai tawa dalam tarian cinta
Aku pun bukan pelangi
Yang selalu hadir setelah hujan
Menghapus kegelapan
Penuh warna dalam senyuman
Aku hanya seekor merpati
Yang tak mampu terbang tinggi
Namun terus menanti
Dan berharap hati ini kau singgahi
Melukis di bayanganmu
Melukis harapan di bayanganmu
Tersudut di batas hati
Menapaki titian takdir
Bimbang di persimpangan
Menentukan arah cintaku
Memaksaku mengulum rindu
Hanya ku titip di lantunan do'a
Ku bisikkan pula dalam hangatnya desauan angin
Datanglah
Bibirku terkunci rapat
Namun detak hati mengaung berulang-ulang
Memekakkan telingaku
Karena tak jua ku temui jawabanmu
Memikkan nada rindu
Mengalun indah di relung hati
Namun terasa jarum yang menghujam jantungku
Datanglah
Katakanlah isi hatimu
Tak peduli pahit atau manis
Aku hanya butuh jawaban
Untuk memastikan cintaku tak bertepuk sebelah tangan
Memeluk bayangmu
Beribu musim telah ku lewati
Ribuan purnama ku lalui
Dan aku telah berjalan di jalanku
Tapi bayangmu tak pernah lekang
Selalu setia menemaniku
Penghibur kala kesepian adalah teman
Kala rindu kian menggebu
Jarak tak memisahkan kita
Kau selalu ada
Izinkan ku peluk bayangmu
Terbang
Aku terbang dengan sayap-sayap rindu
Mencari sekeping hati yang hilang
Mengitari hutan perasaan tanpa sinar
Meliuk-liuk indah
Hinggap di ranting-ranting hatimu
Tak lagi ku temui jalan keluar
Tersesat aku dalam cintamu
Sayap-sayapku telah lelah
Tak kuasa lagi terentang
Tak jua ku cicipi embun segar cintamu
Aku tak tau
Dimanakah rinduku berlabuh?
0 comments:
Post a Comment